Saham bank digital sempat hype pada 2021 lalu. Harganya melesat ratusan bahkan ribuan persen dari harga sebelum pandemi.
Sepanjang 2021, harga saham ARTO terbang 348,68%. Harga saham BBYB naik hampir 10 kali lipat. Yang paling mencolok tentu saja saham BBHI yang meroket 4.397% atau hampir 45 kali lipat.
Namun tak ada yang selamanya moncer. Musim saham bank digital sudah berlalu. Berita harian tentang ARA sudah tiada, berganti artikel yang mengurutkan emiten mana yang sahamnya paling anjlok pasca hype berlalu.
Meski hype telah berlalu dan banyak analis menilai harga saham bank digital “masih overvalued dibandingkan rata-rata emiten perbankan”, tak ada salahnya menyimak daftar bank digital yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Mengingat bank-bank ini telah menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperjualbelikan di BEI, para nasabah bisa dengan lebih leluasa mengamati aksi korporasi perusahaan.
🧵Daftar emiten: 1. Bank Jago 2. Bank Aladin 3. Krom Bank 4. Bank Neo 5. Allo Bank 6. Bank Raya 7. Amar Bank
Bank Jago (kode emiten: ARTO)
Bank Jago adalah bank digital yang beroperasi secara full online. Bank ini berdiri pada 1992 di Bandung dengan nama Bank Artos Indonesia. Bank Artos melantai di BEI sejak 2016 dengan kode emiten ARTO.
Pada 26 Desember 2019, Bank Artos resmi berganti kepemilikan. Bankir senior Jerry Ng melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan pengusaha Patrick Walujo melalui Wealth Track Technology Limited (WTT) mengakuisisi 51% saham Bank Artos, dengan rincian MEI menggenggam 37,65% dan 13,35% milik WTT.
Sempat dirumorkan bertransformasi menjadi Gojek Bank atau GoBank, Bank Artos akhirnya rebranding menjadi Bank Jago pada 11 Juni 2020. Selain berganti nama, kantor pusat bank hijrah dari Bandung ke Mega Kuningan, Jakarta.
Menariknya, Jerry Ng yang mantan Direktur Utama BTPN (pengembang layanan Jenius) turut memboyong tiga eks bankir BTPN ke Bank Jago. Mereka adalah Kharim Siregar (Direktur Utama), Arief H. Tandjung (Wakil Direktur Utama), dan Peterjan Van Nieuwenhuizen (Direktur Digital Banking). Sementara bekas Direktur Kepatuhan BTPN Anika Faisal bergabung sebagai komisaris.
Pada penghujung tahun 2020, Gojek diberitakan membeli 22% saham Bank Jago melalui perusahaan afiliasinya PT Dompet Karya Anak Bangsa alias GoPay. Nilai transaksi ini diperkirakan mencapai Rp 2,77 triliun. Aksi korporasi ini mengkonfirmasi rumor yang beredar sejak akhir 2019.
Pada 15 April 2021, aplikasi Bank Jago sudah dapat diunduh di Play Store dan App Store.
Bank Aladin Syariah (BANK)
Bank Aladin Syariah adalah perusahaan terbuka yang didirikan pada 16 September 1994 di Jakarta dengan nama Bank Maybank Nusa International sebagai joint venture antara Malaysia dan Indonesia.
Bank yang dijuluki sebagai “Bank Murni Digital Syariah Pertama” di Indonesia oleh CNBC Indonesia ini telah beberapa kali berganti nama seiring perubahan pemilik saham.
Ketika IPO pada tahun 2021 dengan kode emiten BANK, perusahaan menggunakan nama Bank Net Indonesia Syariah – nama yang hanya bertahan dua tahun saja.
Pada 3 Juni 2021, perusahaan berganti nama lagi. Kali ini menjadi Bank Aladin Syariah. Perubahan nama tersebut adalah hasil keputusan RUPSLB Bank Net Indonesia Syariah pada 7 April 2021.
Tak hanya ganti nama bank, nama pemegang saham pun ternyata ikut berubah. Pada September 2021, pemegang saham pengendali Bank Aladin mengubah namanya dari PT NTI Global Indonesia menjadi PT Aladin Global Ventures.
Untuk diketahui, beneficial ownership Bank Aladin adalah taipan bernama John Dharma J Kusuma. Ia adalah petinggi dari PT Nojorono Tobacco International, pabrik rokok dengan merek Minak Djinggo dan Class Mild.
Krom Bank Indonesia (BBSI)
Krom Bank Indonesia adalah bank yang mengembangkan layanan perbankan digital bernama Krom. Krom mulai dikembangkan pada tahun 2022 setelah FinAccel Teknologi Indonesia, anak perusahaan dari FinAccel Pte Ltd, yang juga merupakan induk Kredivo, mengambil alih 75% saham perusahaan dan menjadi pengendali bank.
Krom Bank Indonesia didirikan di Bandung pada 1957 dengan nama Bank Ekonomi Nasional NV. Bank memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum di tahun yang sama.
Pada 7 September 2020, bank mencatatkan namanya di BEI dengan kode emiten BBSI.
Bank berganti nama sebanyak 3 (tiga) kali sebelum akhirnya pada 15 September 2022 resmi menyandang nama Krom Bank Indonesia.
Krom Bank memiliki visi menjadi “bank berbasis teknologi digital yang inovatif dalam melayani nasabah di segmen ritel dan UMKM.”
Bank Neo Commerce (BBYB)
Bank Neo Commerce (sebelumnya Bank Yudha Bhakti) berdiri pada 1989 dan mulai beroperasi setahun kemudian. Pada 2015, bank menjadi perusahaan terbuka dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten BBYB.
Pada tahun 2019, BBYB kedatangan investor baru yakni Akulaku, perusahaan teknologi finansial yang dibekingi Ant Group. Saat itu Akulaku mengakuisisi 8,95% saham milik Gozco Capital, pemegang saham pengendali BBYB senilai Rp158 miliar.
Per September 2019, Akulaku telah menambah porsi kepemilikan hingga 24,08%. Pada 2020, perusahaan memutuskan berganti nama menjadi Bank Neo Commerce. Pasca akuisisi oleh Akulaku, BBYB akan diarahkan menjadi bank digital.
Pada 8 Oktober 2021, RUPSLB Bank Neo Commerce mengesahkan Akulaku menjadi pemegang saham pengendali setelah menggenggam 24,98% saham perusahaan.
Allo Bank Indonesia (BBHI)
Allo Bank (sebelumnya Bank Harda Internasional) adalah bank digital yang men-deliver layanannya melalui aplikasi bernama Allo Bank. Bank ini berdiri dengan nama Bank Arta Griya pada 1993 dan berlokasi di Jakarta.
Pada 1993 bank berganti nama menjadi Bank Harda Griya. Nama ini dipakai hingga tahun 1996. Pada 12 Agustus 2015, Bank Harda Internasional mencatatkan sahamnya di BEI dengan kode emiten BBHI.
Pada tanggal 2 November 2020, Mega Corpora telah mengakuisisi Bank Harda Internasional dengan nilai Rp460 miliar. Aksi korporasi tersebut membuat Mega Corpora memegang 73% saham BBHI.
Pada 11 Mei 2021, melalui keputusan RSUPLB bank memutuskan berganti nama dari PT Bank Harda Internasional Tbk menjadi PT Allo Bank Indonesia Tbk. Perusahaan kemudian mengembangkan aplikasi mobile bernama Allo Bank yang dapat diunduh di Play Store dan App Store.
Bank Raya Indonesia (AGRO)
Bank Raya Indonesia adalah anak usaha BRI yang difokuskan di bidang perbankan digital. Bank Raya menawarkan layanan simpanan melalui aplikasi bernama Raya dan pinjaman melalui Pinang Flexi (KTA).
Bank ini didirikan oleh Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) pada tanggal 27 September 1989 dengan nama PT Bank Agro.
Sejak 8 Agustus 2003, bank resmi mencatatkan saham di BEI dengan kode emiten AGRO dan mengubah namanya menjadi PT Bank Agroniaga Tbk
Pada tahun 2011, Bank Rakyat Indonesia resmi mengakuisisi mayoritas saham bank ini, dan setahun kemudian, nama bank ini pun diubah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk.
Pada September 2021, bank ini mengubah namanya menjadi Bank Raya Indonesia sebagai bagian dari rencananya untuk bertransformasi menjadi bank digital.
Bank Amar Indonesia (AMAR)
Didirikan pada 1991 di Surabaya dengan nama Anglomas International Bank, pada 2014 bank berganti nama menjadi Bank Amar Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai Amar Bank.
Pada Juni 2019, Amar Bank resmi menyandang predikat BUKU II dengan modal inti lebih dari Rp 1 triliun setelah mendapat setoran modal Rp 500 miliar. Awal Januari 2020, Amar Bank melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham AMAR.
Per Juli 2021, 70% saham Amar Bank dipegang publik, sementara 30% dimiliki Tolaram Group — holding company yang bermarkas di Singapura. Tolaram Group mengakuisisi Amar Bank pada 2014.
Pada 2014, Amar Bank meluncurkan produk pinjaman online bernama “Tunaiku.” Per 31 Juli 2021, di Play Store saja aplikasi Tunaiku sudah diunduh lebih dari 5 juta kali.
💡Disclaimer: Artikel ini bukanlah anjuran investasi. Pahami lebih dulu risikonya sebelum kamu menyiramkan dana ke instrumen investasi apapun. Seluruh keputusan berada di tangan kamu.